Mata Kuliah : Menulis | ||||||||||||||||
Pokok Bahasan : Ejaan Bahasa Indonesia | ||||||||||||||||
Pertemuan Ke-1, 2 | ||||||||||||||||
Pembahasan | ||||||||||||||||
BAB I EJAAN BAHASA INDONESIA A. URAIAN BAHAN AJAR 1. Sejarah Singkat Ejaan Sejak Bahasa Indonesia dijadikan bahasa nasional, bahasa pengantar, dan bahasa resmi, bahasa Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan ejaan. Ejaan tersebut adalah Rjaan yang Ophuyseen, ejaan Republik atau Ejaan Suwandi, dan ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Pada tahun 1901 lahirlah ejaan Van Ophuysen , ejaan berlandaskan aturan ejaan Melayu dengan huruf Latin yang dirancang oleh Cgaries Adrian Van Ovhuysen dengan bantuan Engku Manawi gelar St,. makmur dan Muhammad Tabib SoetanIbrahim. Waktu itu usaha ke arah penyempurnaan ejaan mulai dirintis . Hal itu terbukti dalam Kongres Bahasa Indonesia 1 tahun 1938 di Solo. Kongres menyarankan agar ejaan lebih diinternasionalkan. Selanjutnya pada tahun 1947, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan Ejaan Republik sebagai ejaan resmi. Penetapan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 19 Maret 1947. Misalmya : Boekoe menjadi Buku, Kongres bahasa Indonesia ke-2 diadakan pada tahun 1945 di Medan. Pada kongres tersebut, selain dibicarakan asal-usul bahasa Indonesia juga dibicarakan penyusunan peraturan ejaan yang praktis bagi bahasa Indonesia. Pada tahun 1956 dibentuklah panitia Priyono-Katopo. Panitia itu berhasil merumuskan patokan-patokan baru. Rumusan tersebut melahirkan Ejaan Melindo (Melayu Indonesia), ejaan yang berdasarkan konsep perjanjian persahabatan antara Persekutuan Tanah Melayu dan Indonesia dengan usaha mempersamakan kedua bahasa tersebut, akan tetapi perkembangan ejaan ini terhenti karena situasi politik. Selanjutnya, pada tahun 1967 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mensahkan panitia Ejaan Bahasa Indonesia dengan tugas menyusun konsep penyempurnan ejaan. Pada tahun 1967, Ketua Gabungan V Komando Operasi Tertinggi (KOTI) mengeluarkan surat Tanggal 21 Februari 1967. surat tersebut berisi rancangan peraturan ejaan terdahulu dipakai oleh tim KOTI sebagai bahan pembicaraan dengan Malaysia tentang Ejaaan Malaysia. Pembicaraan tersebut diadakan di Jakarta tahun 1966 dan Kualalumpur 1967. rancangan tersebut baru dikeluarkan bersama oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mashuri) dan Menteri Pelajaran Malaysia (Husen On). Rancangan tersebut dipakai sebagai bahan pengembangan bahasa nasional kedua negara itu. Selanjutnya, rancangan itu diseminarkan pada tahun 1972 di Puncak dan diperkenalkan kepada masyarakat/setiap Departemen serta ditetapkan tanggal 20 Mei 1972. akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1972 diresmikan menjadi EYD. 2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring a. Huruf Kapital atau Huruf Besar 1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya : Dia mengetuk. Apa maksudnya? Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu belum selesai. 2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya : Adik bertanya, “Kapan kita pulang?” Bapak menasihatkan,”Berhati-hatilah Nak!” “Kemarin engkau terlambat,”katanya. “Besok pagi,”kata ibu,”dia akan berangkat”. 3. Huruf kapital dipalai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan Kitab Suci , termasuk kata ganti untuk Tahun. Misalnya : Allah, Yang Mahakuasa, Yang Maha Pengasih, Alkitab, Qur’an, Weda, Islam, Keristen. Tuhan akan menunjukan jalan yang benar kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat. 4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya : Mahaputra, Yamin, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam Syafii, Nabi Ibrahim. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya : Dia baru saja diangkat sultan. Tahun ini ia pergi naik haji. 5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya : Wakil Presiden adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo, Laksamana Muda Husein Sastranegara, Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian, Gubernur Irian Jaya. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya : Siapakah gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi meyor jenderal. 6. Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya : Amir Hamzah, Dewi Sartika, Wage Rudokf Supratman, Halim Perdana Kusumah, Apere, Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya : Mesin diesel, 10 volt, 5 ampere. 7. huruf kapital sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bahasa, dan nama bahasa. bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan nama bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya : mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan. 8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya : Tahun Hijriah, tarikh Masehi, bulan Agustus, bulan Maulid, hari Jum’at, hari Galungan, hari Lebaran, hari Natal, Perang Candu, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang dipakai sebagai nama. Misalnya : Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. 9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Minsalnya : Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Cirebon, Danai Toba, Dataran Tinggi Dieng, Gunung Semeru, Jalan Dipenogoro, Jazirah Arab, Kali Brantas, Lembah Baliem, Ngarai Sianok, Pegunungan Jayawijaya, Selat Lombok, Tanjung Harapan, Teluk Benggala, Terusan Suez. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya : berlayar ke teluk, mandi di kali, menyeberangi selat, pergi ke arah tenggara. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis : Misalnya : garam inggris, gula jawa, kacang bogor, pisang ambon. 10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Bdan Kesejahteraan Ibu dan Anak, Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta dokumen resmi. Misalnya : menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum, kerja sama antar pemerintah dan rakyat, menurut undang-undang yang berlaku. 11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang dapat pada nama badan, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya : Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Undang-Undang Kepegawaian. 12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama bentuk, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya : Saya telah membaca buku dari Ave Maria je Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan. ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”. 13. Huruf kapital sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya : Prof. profesor Tn. tuan Ny. nyonya Sdr. saudara 14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, kakak dan adik dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya : “Kapan Bapak berangkat?”tanya Harto. Adik bertanya,”Itu apa, Bu?” Surat Saudara sudah saya terima. “Silakan duduk, Dik!”kata Ucok. Besok Paman ke rumah Pak Camat. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya : Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. 15. Huruf kapital sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya : Sudahkah Nada tahu? Surat Anda telah kami terima. b. Huruf Miring 1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya : Majalah Bahasa dan Kesusastraan, buku Negarakertagama karangan Prapanca, surat kabar Suara Karya. 2. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menugaskan atau menghususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Huruf pertama kata abad ialah a. Dia bukan menipu, tetapi ditipu. Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital. Buatlah kalimat dengan berlepas tangan. 3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya : Nama ilmiah buah manggis ialah Carcinia mangostana. Politik devide et impera pernah merajalela di negara ini. Weltanschauung antara lain diterjemaahkan menjadi “pandangan dunia” Tetapi : Negara itu telah mengalami empat kali kudta. Catatan : Dalam tulisan tangan atau ketikan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi garis dibawahnya. 3. Penulisan Kata a. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya : Ibu percaya bahwa engkau tahu. Kantor pajak penuh sesak. Buku itu sangat tebal. b. Kata Turunan 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya : Bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan. 2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya (lihat juga keterangan tentang tanda hubungan, Bab V, Pasal V, Pasal E, Ayat 5) Misalnya : Bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar luaskan. 3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungankata ditulis serangkai (lihat juga keterangan tentang tanda hubungan, Bab V, Pasal E, Ayat 5). Misalnya : Menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan, penghancurleburan. 4. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya : Adipati, aerodinamika, antarkota, audiogram, awahana, bikarbonat, biokimia, caturtunggal, dasawarsa, dekameter, dwiwarna, ekawarna, ekstrakurikuler, elektronika, infrastruktur, instrospeksi, kolonialism, kosponsor, mahasiswa, mancanegara, multilateral, narapidana, nonkolaborasi, Pancasila, panteisme, paripurna, poligami, prasangka, purnawirawan, reinkarnasi, saptakrida, semiprofional, subseksi, swadaya, telepon, transmigrasi, tritunggal, ultramodern.. Catatan : (1) Jika bentuk terikat diikuti oleh kata yang huruf awalnya adalah huruf kapital, di antara kedua unsur itu ditulis tanda hubung (-) Misalnya : Non-Indonesia, pan-Afrikanisme. (2) Jika kata mahasebagai unsur gabungan diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan dasar, gabungan itu ditulis terpisah. Misalnya : Mudah-mudahan Tuhan Yang Naha Esa melindungi kita. Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih. c. Kata Ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya : Anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undang-undang, biri-biri, kupu-kupu, kura-kura, laba-laba, sia-sia, gerak-gerik, huru-hara, lauk-pauk, mondar-mandir, ramah-tamah, sayur-mayur, centang-perenang, porak-poranda, tunggang-langgang, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, berjalan-jalan, dibesar-besarkan, menulis-nulis, terus-menerus, tukar-menukar, hulubalang-hulubalang, bumiputra-bumiputra. d. Gabungan Kata 1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk kata istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya : Duta besar, kambing hitam, kereta api cepat lear biasa, mata pelajaran, meja tulis, modl linear, oarang tua, persegi panjang, rumah sakit umum, simpang empat. 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya : Alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin hitung tangan, ibu-bapak kami, watt-jam, orang-tua muda. 3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai Misalnya : Acapkali, adakalanya, akhirulkalam, alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabahasa, kilometer, manakala, manasuka, manggkubumi, matahari, olahraga, padahal.paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, saptamarga, saputangan, saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita, sukarela, syahbandar, titimangsa, wasalam. e. Kata Ganti ku, kau, mu dan nya Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. f. Kata Depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada. (Lihat juga Bab III, Pasal D, Ayat 3.). Misalnya : Kain itu terletak di dalam lemari. Bermalam sajalah di sini. Di mana Siri Sekarang? Mereka ada di rumah Ia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Ke mana saja ia selama ini. Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan. Mari kita berangkat ke pasar. Saya pergi ke sana-sini mencarinya. Ia datang dari Surabaya kemarin. Catatan : Kata-kata yang dicatak miring di bawah ini ditulis serangkai. Si Amin lebih tua daripada si Ahmad. Kami percaya sepenuhnya kepadanya. Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu. Ia masuk, lalu keluar lagi. Surat perintah itu dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 11 Maret 1966. Bawa kemari gambar itu. Kemarilah buku itu. Semua orang terkemuka di desa itu hadir dalam kenduri itu. g. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengkutinya. Misalnya : Harimau itu marah sekali kepada sang kancil. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim. h. Partikel 1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Bacalah buku itu baik-baik. Apakah yang tersirat dalam surat itu? Jakarta adalah ibu kota Republik Indonesia. Siapakah gerangan dia? Apakah gunanya bersedih hati? 2. Partikel pun ditulis terpisah darikata yang mendahuluinya. Misalnya : Apa pun yang dimaksudkannya, ia tetap kurus. Hendak pulang pun sudah tak ada kendaraan. Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku. Jika ayah pergi, adik pun ingin pergi. Catatan : Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun, ditulis serangkai. Misalnya : Adapun sebab-sebabnya belum diketahui. Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu. Baik para mahasiswa maupun mahasiswi ikut berdemontrasi. Sekalipun belum memuaskan, hasil pekerjaanya dapat dijadikan pegangan. Walaupun miskin, ia selalu gembira. 3. Partikel per yang berarti “mulai”, “demi”, dan “tiap” ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Misalnya : Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu. Harga kain itu Rp. 2.000,00 per helai. i. Singkatan dan Akronim 1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya : A.S. Kramawijaya Muh. Yamin Suman Hs. Sukanti S.A. M.B.A. master of business administration M.Sc. master of science S.E. sarjana ekonomi S.Kar. sarjana karawitan S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat Bpk. bapak Sdr. saudara Kol. kolonel b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri dari atas awal dan kata tulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. DPR Dewan Perwakilan Rakyat PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara SMTP Sekolah Menengah Tingkat Pertama PT Perseroan Terbatas KTP Kartu Tanda Penduduk c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tandan titik. dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya hlm. halaman sda. sama dengan atas Yth. (Sdr. Moh. Yasin) Yang terhormat (Sdr. Moh. Hasan) d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Misalnya : Cu kuprum TNT trinitrotoluen cm sentimeter kVA kilovolt-ampere l liter kg kilogram Rp. (5.000,00) (lima ribu) rupiah 2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata. a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata tulisan seluruhnya dengan huruf kapital. Misalnya : ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia LAN Lembaga Administrasi Negara PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan SIM Surat Izin Mengemudi b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya : Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Iwapi Ikatan Pengusaha Wanita Indonesia Kowani Kongres Wanita Indonesia Sespa Sekolah Staf Pimpinan Administrasi c. Akronim yang bukan nama gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya : pemilu pemilihan umum radar radio detecting and ranging rapim rapat pimpinan rudal peluru kendali tilang bukti pelanggaran Catatan : Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia. (2) Akronim dibentuk dngan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim. j. Angka dan Lambang Bilangan 1. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX L (50), C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000) Pemakaian diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini. 2. Angka digunakan untuk menyusun (i) ukuran panjang, berat, luas, dan sisi, (ii) satuan waktu, (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,. Misalnya : 0,5 sentimeter 1 jam 20 menit 5 kilometer pukul 15.00 4 meter persegi tahun 1928 10 liter 17 Agustus 1945 Rp. 5.000,00 50 dolar Amerika US$ 3.50* 10 poun Inggris $.10* 100 yen Y100 10 persen 2.000 rupiah 27 orang *Tanda titik disini merupakan tanda desimal 3. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya : Jalan Tanah Abang I No. 15 Hotel Indonesia, Kamar 169 4. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kita suci. Misalnya : Bab X, Pasal 5, halaman 252 Surah Yasin : 9 5. Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf dilakukan sebagai barikut. a. Bilangan utuh Misalnya : dua belas 12 dua puluh dua 22 dua ratus dua puluh dua 222 b. Bilangan pecahan Misalnya : Setengah ½ Tiga perempat ¾ Seperenam belas 1/16 Tiga dua pertiga 3 2/3 Seperseratus 1/100 Satu persen 1% Satu permil 1 0/00 Satu dua persepuluh 1,2 6. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya : Paku Buwono X; pada awal XX; dalam kehidupan pada abad ke-20 ini, libat Bab II, Pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II itu; diangkat kedua gedung itu; ditingkat ke-2 itu; kantor tingkat II itu. 7. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara yang berikut (Lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5). Misalnya : Tahun ’50-an atau tahun lima puluhan Uang 5000-an atau uang lima ribuan Lim uang 1000-an atau uang lima ribuan 8. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya : Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Ayah memesan tiga ekor ayam. Di mana 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orabg tidak setuju, dan 5 orang memberikan uara blanko. Kendaraan yang ditempah untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicat, 100 bemo. 9. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya : Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 oarang tamu. Bukan : 15 orang tewas dalam kecelakaan itu. Duaratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo. 10. Angka yang menunjukan bilangan uth yang besar dapat dieja sebagai supaya lebih mudah dibaca. Misalnya : Perusahaan itu baru saja dapat pinjaman 250 juta rupiah. Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang. 11. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuintansi. Misalnya : Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai. Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalan. 12. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya : Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp. 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah). Saya lampirkan tanda terima uang sebesar 999,75 sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus) rupiah. 4. Penulisan Unsur Serapan Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sansekerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam Bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti resuffle, shuttle cock, I’exploitation de I’homme par I’home. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya dan penulisannya disesuaikan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan tu sebagai berikut. Aa (Belanda) menjadi a paal pal baal bal octaaf oktaf ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e aerobe aerob aerodinamics aerodinamika ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e haemoglobin hemoglobin haematite haematit ai tetap ai trailer trailer caisson kaison anu tetap anu audiogram audiogram autotroph autotrof tautomer tautomer hidraulic hidraulik caustic kaustik c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k calomel kalomel contruktion konstruksi cubic kubik coup kup elassification klaisifikasi crystal kristal c di muka e, I, oe dan y menjadi s central sentral cent sen cybernatics sibernatika cylinder silinder coelom selom cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k accomodation akomodasi acculturation akulturasi acclimatization aklimatisasi accumulation akumulasi acclamation aklamasi cc di muka e dan I menjadi ks accent aksen accessory aksesori vaccine vaksin cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k saccharin sakarin charisma karisma cholera kolera choromosome kromosom technique teknik ch yang lafalnya s atau sy menjadi s echelon eselon machine mesin ch yang lafalnya c menjadi c check cek china cina c (sansekerta) menjadi s cabda sabda castra sastra e tetap e effect efek deskription deskripsi synthesis sintesis ea tetap ea idealist idealis habeas habeas ee (Belanda) menjadi e stratosfeer stratosfer systeem sistem ei tetap ei eicosane eikosan eidetic eidetik einsteinium einsteinium eo tetap eo stereo stereo geometry geometri zeolite zeolit eu tetap eu neutron neutron eugenol eugenol europium europium f tetap f fanatic fanatik factor faktor fosil fosil gh menjadi g sorghum sorgum gue menjadi ge igue ige gigue gige i pada awal suku kata di muka vokal tetap i iam bus iambus ion ion iota iota ei (Belanda) menjadi I jika lafalnya i variety varietas patient pasien efficient efisien kh (Arab) tetap kh khusus khusus akhir akhir ng tetap ng contingent kontingen congres kongres linguistic linguistik oe (oi Yunani) menjadi e oestrogen estrogen oenology enologi foetus fetus oo (Belanda) menjadi o komfoor kompor provost provos oo (Inggris) menjadi u cartoon kartun proof pruf pool pul oo (vokal ganda) tetap oo zoology zoologi coordination koordinasi ou menjadi u jika lafalnya u gouvernur gubernur coupon kupon contour kontur ph menjadi f phase fase physiology fisiologi spectrograph spektrograf ps tetap ps pseudo pseudo psychiatry psikiatri psychhosomatic psikomatik pt tetap pt pterosaur pterosaur pteridology pteridologi ptyalin ptialin aquarium akuarium frequency frekuensi equator ekuator rh menjadi r rhapsody rapsodi rhombus rombus rhythm ritme rhetoric retoruka se di muka a, o, u dan konsonan menjadi sk scandium skandium scotopia skotopia scutella sekutela sclerosis sklerosis scriptie skripsi sc di muka e, I, dan y menjadi s scenography senografi scintillation sintilasi scyphistoma sifistoma sch di muka vokal menjadi sk schema skema schizophrenia skizofrenia scholasticism skolastisisme t dimuka I menjadi s jika lafalnya s ratio rasio action aksi patient pasien th menjadi t theocracy teokrasi orthgraphy ortografi thiopental tiopbntal thorombosis trombosis methode (Belanda) metode u tetap u unit unit nucleolus nukleolus structure struktur institute institut ua tetap ua dualisme dualisme aquarium akuarium ue tetap ui ui tetap ui equinox ekuinoks conduite konduite uo teta uo frluorescein fluoresin quorum kuorum quota kuota uu menjadi u prametuur prematur vacuum vakum v tetap v vitamin vitamin television televisi cavalry kavaleri x pada awal kata tetap x xanthate xantat xenon xenon xylophone xilofon x pada posisi lain menjadi ks executive eksekutif taxi taksi exudation eksudasi latex lateks xc di muka e dan I menjadi ks exeption eksepsi exess ekses excision eksisi exciation eksitasi xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk excavation ekskavasi excommunication ekskomunikasi excursive ekskursif exclusive ekslusif y tetap y jika lafalnya y yakitori yakitori yangonin yangonin yen yen yuan yuan y menjadi I jika lafalnya i yttrium itrium dynamo dinamo propyl propil psichology psikologi z tetap z zenith zenith zirconium zirkonium zodiac zodiak zygote zigot Konsonan ganda menjadi tunggal kecuali kalau dapat membingungkan. Misalnya : gabbro gabro commision komisi accu aki ferrum ferum effec efek salfeggio salfegio tetapi mass massa Catatan : 1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi diubah. Misalnya : Kabar, sirsak, iklan, perlu, bengkel, hadir. 2. Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengundang kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipergunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam pembedaan nama istilah khusus. Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhirab itu diserap sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standarisasi, efektif, dan implementasi diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen. -aat (belanda) menjadi –at advocaat advokat -age menjadi -ase Percetage persentase Etalage etalase -al, -eel (Belanda), -all (Belanda) menjadi –al struktural, struktureel struktural formal, formeel formal normal, normaal normal -ant menjadi –an accountant akuntan informant informan -archy, -archie (Belanda) menjadi arki Anarchy, anarchie anarki Oligarchy, oligarchie oligarki -ary, -air (Belanda) menjadi –er Complementary, komplemetair komplementer Primary, primair primer Secondary, secundair sekunder -(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi –asi, -si Action, actie aksi Publication, publicatie publikasi -eel (Belanda) menjadi –el ideel ideel materieel materiel moreel morel -ein tetap -ein casien kasien protein protein -ic, ics, -ique, -iek, ica (Belanda) menjadi –ik, ika logic, logica logika phonetics finetik phisics, phisyca fisika dialetica, dialektica dialektika technique, techniek teknik -ic, isch (adjektiva Belanda) menjadi –ik elektronik, elektronisch elektronik mechanic, mechanisch mekanik ballistic, ballistisch balistik -ical, isch (Belanda) menjadi –is economical, economisch ekonomis practikal, prachtisch praktis logical, logisch lokgis -ile, iel menjadi –il persentile, percentiel persentil mobile, biel mobil -ism, isme (Belanda) menjadi –isme modeism, modernisme moderisme communism, communisme komunisme -ist menjadi –is publicist publisis egoist egois -ive, ief (Belanda) menjadi –if deskririptive, deskriptief deskriptif demonstrative, demonstratief demonstratif -logoe menjadi –log technology, technologie teknologi phisiology, phisiologie fisiologi analogy, analogie analog -loog (Belanda) menjadi –log analoog analog epiloog epilog -oid, oide (Belanda) menjadi –oid hominoid, hominoide hominoid anthropoid, anthropoide anthropoid -oir (e) menjadi –oar trotoir trotoar repertoire repertoar -or, -eur (Belanda) menjadi –ur, ir director, directuer inspektur amateur amatir inspector, inspekteur inspektur formatuer formatur -or tetap –or dictator diktator corrector korektor -ty, -teit (Belanda) menjadi –tas university, universiteit universitas quality, kwaliteit kualitas -ure, -uur (Belanda) menjadi -ur Structure, struktuut struktur Premature, prematuut prematur 5. Pemakaian Tanda Baca a. Tanda Titik ( .) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya : Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan dating. Hari ini tanggal April 1973 Marilah kita mengheningkan cipta Sudilah kiranya Saudara mengabulkan permohonan ini. 2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya : a. III. Departemen Dalam Negeri A. Direktorat Jenderal Pembangunan masyarakat Desa B. Direktorat Jenderal Agraria 1. ……….. b. 1. Patokan Umum 1.1 Isi karangan 1.2 Ilustrasi 1.2.1 Gambar Tangan 1.2.2 Tabel 1.2.3 Grafik Catatan : Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf. 3. Tanda titik dipakai untuk memisahkanangka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu. Misalnya : Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) 4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik yang menunjukan jangka waktu. Misalnya : 1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik) 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik) 0.0.30 jam (30 detik) 5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan dapat diterbitkan dalam daftar pustaka. Misalnya : Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden; Balai Pustaka. 6. a. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya : Desa itu berpenduduk 24.200 orang Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa e. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukan jumlah. Misalnya : Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung Lihat halaman 2345 dan seterusnya. Nomor gironya 5645678. 7. Tanda titik tidak pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, table, dan sebagainya. Misalnya : Acara Kunjungan Adam Malik Bentuk dan kedaulatan (Bab I UUD ’45) Salah Asuhan 8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat. Misalnya : Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik) Jakarta (tanpa titik) 1 April 1985 (tanpa titik) Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa titik) Jalan Arif 43 (tanpa titik) Palembang (tanpa titik) Atau Kantor Penempatan Tenaga (tanpa titik) Jalan Cikini 71 (tanpa titik) Jakarta (tanpa titik) b. Tanda Koma 1. Tanda koma dipakai di antara usnur-unsur dalam suatu perincian atau pembilang. Misalnya : Saya membeli kertas, pena, dan tinta Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memrlukan prangko. Satu, dua, ….. tiga! 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti terapi atau melainkan. Misalkan : Saya ingin datang, tetapi hari hujan . Didi bukan anak saya, melainkan anakn Pak Kasim. 3. a. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kaoimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimat. Misalnya : Kalau hari hujan, saya tidak akan datang . Karena sibuk, ia lupa akan janjinya. e. Tanda Koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengurangi induk kalimat. Misalnya : Saya tidak akan datang kalau hari hujan. Dia lupa akan janjinya karena sibuk. Dia tahu bahwa ssoal itu penting. 4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. misalnya : ….. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati. ….. jadi, soalnya tidak semudah itu. 5. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya : O, begitu? Wah, bukan main! Hati-hati, ya, nanti jatuh. 6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam ka;limat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.). Misalnya : Kata ibu, “Saya gembira sekali.” “Saya gembira dipakai, “kata ibu, “karena kamu lulus.” 7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Misalnya : Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, jalan Raya Salemba 6, Jakarta. S.dr. Abdullah, jalan pisang batu I, Bogor. Kuala Lumpur, Malaysia. 8. Tanda koma dipakai untuk menceraika bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya : Alisyahbana, Sutan Takdir, 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT. pustaka Rakjat. 9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya : W.J.S Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Jogjakarta : UP Indonesia, 1967), hlm. 4. 10. Tanda koma dipakai diantara orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya : B. Ratulangi, S. Ny. Khadijah, M.A 11. Tanda koma dipakai untuk angka persepuluhan atau diantara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya : 12,5 m Rp. 12,50 12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. (Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bba V, Pasal F.). Misalnya : Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang laki-laki yang makan sirih. Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara. Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakainya tidak diapit tanda koma : Semua siswa yang lulus ujian mendaftarkan namanya pada panitia. 13. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah satu baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya : Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh. Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih. Bandingkan dengan : Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa. Karyadi mengucapkan terima kasih atas bantuan Agus. 14. Tanda koma tidak dipakai untuk emisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya : “Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim “Berdiri lurus-lurus!” Perintahnya. c. Tanda Titik Koma (;) 1. Tanda titik koma dapat untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya : Malam makin larut; pekerja belum selesai juga. 2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya : Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”. d. Tanda Titik Dua ( : ) 1. a. Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pertanyaan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya : Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari. Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang kemerdekaan itu: hidup atau mati. b. Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pertanyaan. Misalnya : Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari. Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum dan Jurusan Ekonomi Perusahaan. 2. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan b. Tempat Sidang : Ruang 04 Pengarah Acara : Bambang S. Hari : Senin Waktu : 09.30 3. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesuddah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan. Misalnya : Hari : (meletakan beberapa kopor) “Bawa kopor ini, Mir!” Amir : “Baik, Bu.” (mengangkat kopor dan masuk) Ibu : “Jangan lupa. Letakan baik-baik!” (duduk di kursi besar) 4. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara dua judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan. Misalnya : Tempo, I (34), 1971 : 7 Surah Yasin : 9 Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit Trokronegoro, Sutomo. Tjukuplah Saudara Membina Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco, 1968. e. Tanda Hubung ( - ) 1. Tanda hubung menyambungkan suku-suku kata dasar yang terpisah pada ujung atau pangkal baris. Msialnya :
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung atau baris pangkal baris.
Atau
Bukan
2. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau akhir dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris. Misalnya :
Akhirnya i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris. 3. Tanda hubung menyambungkan unsur-unsur kata ulang. Misalnya : Anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan. Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan. 4. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. Misalnya : P-a-n-i-t-i-a 8-4-1973 5. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilang bagian kelompok kata. Misalnya : Ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20 x 5000), tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial. Bandingkan dengan : Ber-evolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1 x 2500), tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. 6. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se-dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke-dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap. Misalnya : Se-Indonesia, Se-Jawa Barat, hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, Sinar-X, Menteri-Sekretaris Negara. 7. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Misalnya : di-smash, pen-takle-an f. Tanda Pisah ( ─ ) 1. Tanda pisah dibatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya : Kemerdekaan bangsa itu─saya yakin akan tercapai ─diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri. 2. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas. Misalnya : Rangkaian temuan ini─evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom─telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta. 3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai dengan’ atau ‘sampai ke’ Misalnya : 1910─1944 Tanggal 5─10 April 1970 Jakarta─Bandung Catatan : Dalam pengetika, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. g. Tanda Elipsis (…) 1. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus. Misalnya : Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak. 2. Tanda elipsis meunjukan bahwa dalam satu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Misalkan : Sebab-sebab kemersotan … akan diteliti lebih lanjut. Catatan : Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga bah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Misalnya : Dalam tulisan, tanda titik harus digunakan dengan hati-hati…. h. Tanda Tanya ( ? ) 1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya. Misalnya : Kapan ia berangkat? Saudara tahu, bukan? 2. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurang untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya : Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?) Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. i. Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya : Alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamar itu sekarang juga! Masakan!Sampai hati juga ia meninggalkan anak istrinya. Merdeka! j. Tanda Kurung ((…….)) 1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan. Misalnya : Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu. 2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan Misalnya : Sejak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkelnal di Bali) ditulis pada tahun 1962. Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukan arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri. 3. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya : Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a). Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya. 4. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinsi satu urutan keterangan. Misalnya : Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b)tenaga kerja, dan (c) modal. k. Tanda Kurung Siku ([………]) 1. Tanda kurung siku mengapit, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya : Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. 2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelasan yang sudah bertanda kurung. Misalnya : Persamaan kedua proses ini (perbedaanya dibicarakan di dalam Bab III[lihat halaman 35-38]) perlu dibentangkan. l. Tanda Petik (“….”) 1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalya : “Saya belum siap,” kata Mira,”tunggu sebentar!” Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, “Bahan negara ialah bahasa Indonesia.” 2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, ayau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya : Bacalah “Bola ampu” dalam buku Dari Sutu Masa, dari Suatu Tempat. Karangan Adi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam Tempo. Sejak “Berdiri Aku” terdapat pada halaman 5 buku itu. 3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya : Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara “coba dan ralat” saja. Ia bercelana panjang yang dikalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”. 4. Tanda perik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya : Kata Tono, “Saya juga minta satu.” 5. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”. Bang Komar sering disebut “pahlawan”; ia sendiri tidak tahu sebabnya. Catatan : Tanda petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris. m. Tanda Petik Tunggal (*…..*) 1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain. Misalnya : Tanya Basri,”Kau dengan bunyi ‘kring-kring’ tadi?” “Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika, “ujar Pak Hamdan. 2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V, Pasal J.) Misalnya : Feed-back ’balika’ n. Tanda Garis Miring 1. Tanda garis miring di pakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang tertinggi dalam dua tahun takwin. Misalnya : No. 7/PK/1973 Jalan Kramat III/10 Tahun anggaran 1985/1986 2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap. Misalnya : Dikirim lewat darat/laut ‘dikirim lewat darat atau lewat laut Harganya Rp. 25,00/lembar ‘harganya Rp. 25,00 tiap lembar o. Tanda Penyingkat atau Aspostrof (‘) Tanda penyingkat menunjukan penghilangan bagian kata ataubagian angka tahun. Misalnya : Ali ‘kan kusurati. (‘kan = akan) Malam ;lah tiba. (‘lah = telah) 1 Januari ’88 (’99 = 1988) LATIHAN A. Pilihlah pengebalan yang benar berdasarkan pedoman umum EYD 1. a. ak-rab 6. a. ek-sis-ten-si b. a-krab b. eks-is-ten-si 2. a. a-kla-ma-si. 7. a. mo-dern-i-sa-si b. ak-la-ma-si b. mo-der-ni-sa-si 3. a. in-struk-si 8. a. me-nang-pu-langi b. ins-truk-si b. me-nang-gu-langi 4. a. ek-spe-ri-men. 9. a. ke-du-du-kan b. eks-pe-ri-men b. ke-du-du-kan 5. a. peng-u-rung-an 10. a. pel-a-jar b. pe-ngu-rung-an b. pe-la-jar B. Tempatkanlah huruf kapital pada kalimat-kalimat berikut, berkaitan penjelasannya. 1. Kita serahkan keputusannya kepada yang maha kuasa karena dialah yang maha mengetahui segalanya. 2. allah itu maha perkasa, tidak ada tandinggannya. 3. di pulau bali terdapat juga danau, misalnya danau batur. 4. seorang ahli antripologisedang berbincang-bincang dengan bupati hasan, didampingi oleh seorang letnan kolonel. 5. surat anda telah kami sampaikan kepada saudara kamaludin. 6. “siapakah bana bapak saudara?”tanya orang itu. 7. “mengapa saudara bapak tidak datang?” 8. beberapa anggota dpr anggota dpr meminta keterangan mendikbud tentang sipenmarutahun ini. 9. pa bupati sengaja datang meninjau kecamatan sirnaaraja untuk menyaksikan keistimewaan kecamatan tersebut. 10. dia beranya kepada kakaknya, “betulkah kakak besok akan pergi ke kantor pusat pembinaan dan pengembangan bahasa? C. Pilihlah penulisan yang benar untuk kata-kata berikut 1. a. tuna-karya b. tunakarya c. tuna karya 2. a. serah-terima b. serah-terima c. serahterima 3. a. ketetapasaan b. ketetap-asaan c. ketetap asaan 4. a. diujicobkan b. diiuji cobakan c. diuji-cobakan 5. a. mono loyalitas b. monoloyalitas c. mono-loyalitas 6. a. per kampung b. per/kampun c. perkampung 7. a. sekali pun b. sekalipun 8. a. di atas b. diatas 9. a. ke luar negeri b. keluar negeri 10. a. mengindonesiakan b. meng-Indonesia-kan 11. a. pukul 0830 b. pukul 08.30 12. a. Rp 2000,- b. r\Rp.2.000,00 13. a. sentimeter b. senti meter 14. a. kilogram b. kilo gram 15. a. u/b b. u.b. 16. a. d.s.b. b. dsb. 17. a. aerobatik b. erobatik 18. a. hemoglobin b. haemoglobin 19. a. kharisma b. karisma 20. a. cek b. chek 21. a. hipotesa b. hipotesis 22. a. menganalisis b. menganalisa 23. a. sistimatis b. sistematis 24. a. tradisionil b. tradisional 25. a. metoda b. metode 26. a. pasien b. pasen 27. a. kualitas b. kwalitas 28. a. ekwivalen b. ekuivalen 29. a. kartun b. karton 30. a. proteina b. protein 31. a. standarisasi b. standardisasi 32. a. objek b. obyek 33. a. trotoir b. trotoar 34. a. magnit b. magnet 35. a. tidak sah b. tidak syah 36. a. ahli b. akhli 37. a. rakhmat b. rahmat 38. a. makhluk b. mahluk 39. a. sarat b. syarat 40. a. masarakat b. masyarakat D. Tempatkan tanda baca yang tepat pada kalimat-kalimat berikut 1. Mereka bekerja dengan cepat tepat dan gembira. 2. Yang harus disediakan itu adlah batu semen dan pasir 3. Topik itu belum pernah dibahas oleh siapapun sehingga menarik bila diseminarkan 4. Meskipun topik itu sering diseminarkan tetap menarik 5. Persoalan itu akan ditinjau dari dua segi landasan hukumnya dan kegunaannya 6. Temuan listrik dan telepon dampaknya luas sekali 7. Ditemukannya listrik dan telepon luas sekali dampaknya. 8. Pekerjaan ini memerlukan tenaga profesional dengan demikian sekarang kita memerlukan bantuan tenaga mereka. 9. Komputer alat canggih yang kini sedang populer itu memerlukan tenaga terdidik. 10. Monitoring pemantauan kegiatan poroyek itu akan dilakuakan oleh Pak Abdul 11. Sejak manusia menggunakan satelit sebagai alat komunikasi perkembangan teknologi makin cepat seperti halnya di Amerika Serikat telah dapat dilakukn pemeriksaanpasien melalui alat pandang dengan jarak jauh 12. Bila percobaan itu berhasil maka biaya produksi sangat murah sebab sekarang biaya tenaga manusia telah mahal lebih murah dari pada robot 13. Kita percaya bahwa penerapan sistem itu sangat bermanfaat 14. Sehubungan dengan temuan put para pakar sibuk mengantisipasi segala sesuatu yang mungkin terjadi terutama yang membahayakan manusia 15. Ketua kelompok itu berkata kelompok kami telah siap melakukan tugas itu terutama tugas yang harus dikumpulkan hari ini 16. Mereka wajib membaca Penentuan Sampel dari buku Metodologi Penelitian 17. Kami berdiskusi di Ruang A mereka berapat di ruang B 18. Data publikasi buku itu sebagai berikut Alisjahbana S Takdir 1957 Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Indonesia Jakarta Pustaka Rakyat E. Tulis kembali paragraf berikut sesuai dengan ejaan yang berlaku 1. Pra seminar politik bahasa nasional yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 29-31 Oktober 1974, seperti yang digambarkanpada Kata Pengantar Buku Politik Bahasa Nasional, Jilid 1, telah berhasil mencapai tujuannya, yaitu penyusunan kerangka dasar kebijaksanaan bahasa nasional. Di dalam praseminar Politik Bahasa Nasional itu dicapai kesepakatan bahwa yang dimaksud dengan kebijaksanaan bahasa nasional adalah kebijaksanaan bahasa nasional di dalam bidang kebahasaan dan kesastraan kerangka s\dasar kebijaksanaan bahasa nasionalitu adalah satu kesatuan kebijaksanaan yang dijalin oleh pengolahan tiga kelompok masalah kebahasaan, yaitu : 1) masalah pembinaan, pengembangan, pembakuan, dan pengajaran Bahasa Indnesia, 2) masalah pembinaan pengembangan pembakuan dan pengajaran bahasa daerah terutama bahasa daerah yang dipelihara oleh masyarakat pemakainya dan; 3) masalah pemakaian dan pengembangan pengajaran bahasa asing. 2. ada-ada saja orang itu mengamen koq di bus pikirku sambil tak sengaja mengamati wajahnya tidak terlalu jelek bahkan dapat dikatakan sedikit tampan tetapi rambutnya itu lho yang kewer-kewer keluar dari topi hitamnya yang bikin dia kelihatan juellek sekali permisi mmk gita sialan kokq tahu namaku bikin risih aja belum tiga puluh detik dia bernyanyi segera saja kuberi uang seratus supaya mdia cepat pergi terima kasih mbak gita katanya sambil ngeloyor ke penumpang lain yang turun gambir siap-siap teriak kondektur aku turun melalui ekor mata kulihat pengamen itu juga turun aku mempercepat langkahku tetapi ia mengkuti terus embak gita ini didit lhoteriaknya tiba-tiba aku memperoleh wadduh benar saja betul dia si didit bajingan kecil kacamata dan tiponya sudah dilepas setelah hilang kagetku kuberikan senyumku kepadanya woo mbak gita sombong ya wach ini dari dulu orangnya nekad masuk ngamen di bus sich. |
Senin, 19 Desember 2011
Mata Kuliah : Menulis
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar