Senin, 19 Desember 2011

Mata Kuliah  : Penelitian Pengajaran B. Indonesia1

Mata Kuliah      : Penelitian Pengajaran B. Indonesia
Pokok Bahasan : JENIS ? JENIS PENELITIAN
Pertemuan Ke-2
Pembahasan
Pertemuan II
(JENIS – JENIS PENELITIAN)

2.  Penelitian Berdasarkan Pendekatannya
a. Penelitian Survey
Penelitian ini  dilakukan untuk memperoleh generalisasi (penyimpulan secara umum) dari pengamatan yang dilakukan secara luas (sehingga kurang mendalam).  Hasil penelitian ini adalah gambaran umum dari sebuah fenomena.  Gambaran umum itu menjadi semacam  data  awal sekaligus  pemetaannya. Gambaran umum ini kemudian dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya yang lebih  mendalam.
Sebagai contoh,  sebuah LSM yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat dibidang pendidikan  sedang menyusun program untuk meningkatkan  minat baca di sebuah  kota/kabupaten.  Program yang mereka susun tidak akan efektif jika mereka tidak mengetahui beberapa data umum tentang masyarakat kota/kabupaten tersebut. Data yang dimaksud adalah luas wilayah, jumlah penduduk, komposisi masyarakat (dilihat dari minat bacanya), jumlah lokasi penting, ada tidaknya sarana-prasarana dan penyebarannya, serta daya dukung  masyarakat yang bisa dimanfaatkan untuk program tersebut.  Jika di kota/kabupaten tersebut, data-data tersebut belum tersedia, maka LSM tersebut harus melakukan penelitian survey dulu. Hasil penelitian survey itu  kemudian dijadikan dasar penyusunan program.
b. Penelitian Mengungkap Fakta (Ex Post Facto)
Penelitian ini dilakukan terhadap keadaan atau peristiwa yang telah terjadi. Penelitian ditekankan pada bagaimana keadaan itu tercipta, mengapa sampai terjadi, dan faktor-faktor apa yang  menyebabkan peritiwa atau keadaan itu tercipta. Penelitian  ini menggunakan logika dasar  sebab-akibat, yaitu jika X maka Y, atau Y ada karena X.
Contoh: Sebagai guru bahasa, Yamina, S.Pd.  kaget melihat perubahan drastis yang  ditunjukkan  para siswa kelas XI-B.  Mereka tiba-tiba antusias  belajar mengarang. Dirinya  sebagai guru merasa tidak melakukan  treatment  khusus. Mereka hampir setiap saat berkonsultasi kepadanya tentang  teknik menulis. Bahkan,  para siswa tersebut telah membuat beberapa kelompok  dengan tugas  yang berbeda-beda, ada yang mencari data ke perpustakaan, ada yang mewawancara beberapa nasumber. Yang lebih mengagumkan, meraka mau berkorban patungan mengumpulkan dana untuk menyewa kamera dan mencetak berapa puluh foto.
Yasmina kemudian melakukan penelitian  ex post facto. Kondisi kelas XI-B itu ia lihat sebagai sebuah  akibat  yang belum diketahui  sebab-sebabnya. Ia kemudian mencari sebab-sebabnya dengan  membuat peta situasi  kelas  XI-B tersebut. Ia kemudian menyelidiki siapa saja siswa yang menjadi penggerak kelas itu, siapa saja pihak lain yang berinteraksi dengan kelas tersebut. Selanjutnya ia cari motivasi mereka keranjingan belajar mengarang. Setiap siswa ditanyai, terutama para penggeraknya. Dari hasil pengamatan dan wawancara, Yasmina memperoleh kejelasan bahwa  siswa kelas XI-B  begitu antusias belajar mengarang karena tiga hal. Pertama, kelas XI-B ingin memberikan kejutan dan membuat bangga wali kelasnya dengan membuat berita kegiatan sekolah terutama kelas mereka pada sebuah surat kabar lokal.  Kedua,  redaktur  surat kabar  lokal tersebut menjanjikan akan memuat  karya mereka  dan memberi imbalan (honor)  jika berita dan tulisan mereka  berbobot.  Ketiga, redaktur surat kabar tersebut  turut mengarahkan apa saja yang layak diberitakan dan bagaimana cara menyajikannya.

c. Penelitian Eksperimen
Penelitian ini dilakukan untuk  mengetahui ada-tidaknya dan besar-kecilnya pengaruh sebuah variabel (yang sengaja dirancang) terhadap variabel lain. Berbeda dengan ex post facto, yang meneliti setelah terjadi, penelitian eksperimen  dirancang dengan tujuan agar sebuah kejadian atau kondisi bisa terjadi.  Untuk menciptakan kejadian atau kondisi tersebut,  peneliti  merancang  sebuah  perlakuan (treatment)  terhadap sebuah objek atau kondisi sehingga objek atau kondisi tersbut berubah sesuai dengan yang diinginkan.  Penelitian eksperimen yang sebenarnya (true exsperiment) hanya bisa dilakukan di laboratorium dengan kondisi yang terkontrol secara ketat. Untuk penelitian pengajaran bahasa atau sastra, eksperimen yang munkin bisa dilakukan hanyalah quasi experiment, atau eksperimen semu. Semu dalam hal ini bukan berarti  bohong atau salah, tetapi  lebih ditekankan pada kesadaran bahwa dalam penelitian tersebut ada faktor-faktor yang sulit dihilangkan selain yang dirancang dan dipertimbangkan.
Contoh: Setelah melakukan penelitian ex post facto di kelas XI-B,  Yasmina kemudian ingin menerapkan apa yang terjadi di kelas XI-B  agar terjadi di kelas XI-A. Pertama-tama ia mendata keadaan dan karakteristik kelas XI-A. Kemudian, ia merancang strategi (perlakuan) yang akan diterapkan di kels XI-A berdasarkan apa yang terjadi di kelas XI-B.  Setelah semua siap, ia terapkan stretgi yang telah dirancangnya di kelas XI-A. Setalah diterapkan selama  tiga bulan,  Yasmina mendata kembali (mengevaluasi) keadaan dan karakteristik  kelas XI-A.  Meskipun tidak sehebat XI-B, ternyata kelas XI-A pun  bisa menulis, dan karyanya dimuat di surat kabar lokal.
d. Penelitian Naturalistik
Penelitian ini sering disebut dengan penelitian kualitatif.  Penelitian ini diarahkan untuk meneliti kondisi objek yang alami. Peneliti menjadi instrumen kunci karena analisis terhadap  data temuan sangat  ditentukan oleh ketajaman pemikiran si peneliti. Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan). Data yang dihasilkan bersifat deskriptif dan analisis data dilakukan secara induktif. Hasil penelitian yang didapat lebih menekankan pada makna daripada generalisasi.
Contoh:  Ada sebuah komunitas masyarakat di Sumedang yang sering berkomunikasi dengan peribahasa dan seloka. Frekuensi pemakaiannya begitu tinggi, hampir setiap wacana komunikasi mereka bumbui dengan kelimat-kalimat perumpamaan.  Kondisi ini menarik perhatian seorang dosen bahasa di kota itu. Ia kemudian melakukan penelitian sosiolinguistik terhadap tradisi komunikasi tersebut. Ia melakukan survei untuk  menghitung frekuensi dan prosentase pengunaan peribahasa dalam setiap komunikasi. Ia juga melakukan wawancara dan studi literatur untuk mengetahui latar belakang masyarakat tersebut. Ia berharap mendapat penjelasan logis dan ilmiahnya.
e. Penelitian kebijakan (Policy Reseach)
  Penelitian ini dilakukan untuk  memberikan semacam masukan agar kebijakan yang diambil tidak  salah.  Lembaga pemerintah atau pengambil keputusan sangat membutuhkan penelitian ini agar kebijakannya yang menyangkut hayat hidup orang banyak tidak salah arah atau merugikan masyarakat. Proses penelitian dilakukan pada analisis terhadap situasi dan masalah-masalah sosial yang mendasar. Hasilnya berupa data dan masukan  (rekomendasi) untuk mendorong atau menolak sebuah kebijakan yang akan diputuskan. Dengan demikian, penelitian ini sangat relevan bagi lembaga atau institusi yang bergerak dibidang perencanaan  dan pembangunan.
Contoh: Karena kekurangan dana, dinas pendidikan sebuah kota  bermaksud akan membebankan  sebagian biaya pengadaan buku ajar kepada siswa (masyarakat). Sebelum mengeluarkan kebijakan,  Dinas Pendidikan kota tersebut melakukan penelitian terhadap kemampuan ekonomi orang tua siswa,  sikap dan kesediaan  mereka, termasuk masukan dari aparat dari cabang dinas,  kepala sekolah, dan guru. Hasilnya menunjukkan bahwa masyarakat tidak siap secara sosial dan ekonomi. Aparat tidak siap secara psikologis. Meskipun secara administratif  bisa saja dilakukan, tetapi karena hasil penelitian kebijakan tidak memungkinkan  kepala dinas pendidikan kota tidak jadi mengeluarkan kebijakan tersebut.

f. Penelitian Tindakan (Action Reaseach)
Penelitian tindakan dilakukan untuk mengembangkan pendekatan atau program baru guna memecahkan masalah aktual. Dalam bidang pengajaran, penelitian jenis ini populer dengan istilah penelitian tindakan kelas.  Tujuan utama penelitian ini adalah mengubah situasi, perilaku, dan organisasi (mekanisme kerja, iklim kerja, dan strukturnya). Karena fokus masalahnya  sangat khusus (lokal) maka hasil penelitian ini lebih ditekankan pada tujuan pemecahan masalah dibanding pengembangan ilmu.
Contoh: Seorang guru menemukan kenyataan bahwa kemampuan membaca kritis para siswanya umumnya rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, ia merancang  penelitian tindakan kelas. Dia mengawalinya dengan melakukan pemahaman faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan membaca kritis siswanya. Ia mengkajinya dari aspek intelektual-kognitif, sosial-ekonomi, dam kebiasaan membaca. Dari  data-data yang didapatnya ia merancang beberapa program sesuai dengan latar belakang masalah yang dihadapi. Program itu kemudian ia laksanakan para kurun waktu tertentu (beberapa pertemuan pembelajaran). Hasil pelaksanaan program pada kurun waktu tersebut ia pelajari (dalam istilah penelitian tindakan kelas disebut refleksi) sehingga ditemukan keunggulan dan kelemahan program yang ia lakukan. Dari hasil refleksi tahap pertama tersebut, ia menyusun program baru yang merupakan revisi program lama. Program  revisi itu ia terapkan lagi. Begitu seterusnya sehingga guru tersebut menemukan program yang dinilai tepat dan memadai.

g. Penelitian Evaluasi
Evaluasi adalah  upaya membandingkan antara kejadian,kegiatan, atau produk,   dengan strandar atau kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi  merupakan salah satu bagian dari proses pengembalian keputusan. Dari sisi penelitian, kegiatan ini bisa dikatakan proses penelitian karena didalamnya ada proses pencarian data, pengolahan data, dan penafsiran  data sehingga diperoleh temuan atau rekomendasi. 
Dalam bidang pendidikan, dikenal ada evalusi formatif  yang ditekankan pada proses dan penelitian sumatif yang ditekankan pada produk. Evaluasi formatif dilakukan untuk mendapatkan feedback dari suatu aktivitas dalam proses. Evaluasi sumatif dilakukan untuk memperoleh kejelasan efektivitas pencapaian program (hasil).
Contoh: Sebuah sekolah menengah atas menyusun sebuah program unggulan. Program unggulan itu kemudian diterapkan selama satu semester.  Setiap bulan, pimpinan sekolah melakukan evaluasi (formatif) agar program yang dijalankan sesuai dengan rencana. Pada akhir semester,  pimpinan melakukan evaluasi lagi (sumatif) untuk melihat apakah program yang dijalankan telah memberikan hasil yang diharapkan atau belum.  Hasil evaluasi menunjukkan bahwa program bisa dijalankan sesuai rencana dan memberikan hasil yang memuaskan. Sekolah memutuskan untuk melanjutkan program tersebut sebagai program unggulan sekolah.

h. Penelitian Sejarah
Penelitian sejarah adalah penelitian yang dilakukan untuk memperoleh penjelasan logis  berdasarkan kejadian-kejadian yang berlangsung di masa lalu.  Tujuan penelitian ini adalah untuk merekonstruksi  kejadian-kejadian masa lalu secara sistematis dan objektif. Data dikumpulkan, dievaluasi, diverifikasi, kemudian disimpulkan. Meskipun masih bersifat hipotetis, penelitian ini kemudian dijadikan patokan untuk mengetahui sejarah tentang sesuatu. Inti pertanyaan penelitian sejarah adalah: kapan terjadinya, siapa pelakunya, dan bagaimana prosesnya.
Contoh: Seorang calon sarjana sastra, ingin mengatahui sejarah  perkembangan kesenian tradisional Uyeg di Sukabumi. Ia kemudian mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari perpustakaan, musium, bahkan berburu naskah lama ke pelosok-pelosok  wilayah Sukabumi. Ia pun mencari narasumber yang memiliki informasi tentang kesenian itu. Dari hasil penelitiannya, ia bisa membuat semacam rekonstruksi sejarah, sejak kapan kesenian itu ada, siapa saja tokoh yang berperan melestarikannya, dan kondisinya dari masa ke masa hingga kini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar